Rabu, 07 April 2010

Ziarah ke Giribangun

Makam mantan Presiden RI, Soeharto
Astana Giribangun adalah sebuah mausoleum bagi keluarga mantan presiden Indonesia ke-2, Suharto. Lokasinya berada di sebelah timur kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sekitar 35 km dari Surakarta.
Image and video hosting by TinyPic
pintu masuk ke kompleks pemakaman keluarga Pak Harto

Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.
Image and video hosting by TinyPic
Bangunan makam keluarga Pak Harto

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic
Tampak interior bangunan yang sangat megah dengan lantai dari batu marmer dan penopang dari kayu yang berkualitas tinggi, selain tiu juga dilengkapi dengan kamera CCTV.

Astana Giribangun dibangun sejak 27 November 1974, atau 22 tahun sebelum Ibu Tien meninggal dunia April 1996, serta 34 tahun sebelum Pak Harto mangkat 27 Januari 2008. Diresmikan pada 23 Juli 1976 oleh KR Ay. Hatmanti, Ibunda Hj. Tien Soeharto, ditandai dengan pemindahan jenazah Ayahanda dan kakak kandung Ibu Tien yakni KPH Soemohardjo dan Siti Hartini. Keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo.

Image and video hosting by TinyPic
Papan tulisan tentang aturan bagi peziarah

Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan; untuk tetap menghormat para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegoro III. Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam): cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan paling tinggi, di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh.
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Sebuah tulisan yang menerangkan awal dibangunnya kompleks pemakaman, semacam prasasti?

Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam. Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.
Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic
Foto disamping makam Pak Harto (Cungkup Argosari, di sisi paling barat terdapat makam kakak kandung Ibu Tien, Siti Hartini. Kemudian disusul dua makam pasangan Ayahanda dan Ibunda Ny. Tien Soeharto, yaitu KPH Soemarharjomo dan Raden Ayu Hatmanti. Kemudian makam Pak Harto, dan terakhir di sisi paling timur makam Ny. Tien Suharto). Gambar sebelahnya adalah makam yang disediakan untuk anak dan menantu Pak Harto.

Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.

Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Di masa Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan dengan alasan keamanan dan ketenangan. (sumber: wikipedia & beritaindonesia)

Image and video hosting by TinyPic
Tempat pendaftaran pengunjung, toko suvenir, dan halaman parkir.

Sebelum memasuki kompleks Astana Giribangun, pengunjung terlebih dahulu harus mengisi daftar tamu di tempat pendaftaran dan menyerahkan identitas diri, bagi rombongan cukup diwakili oleh satu orang. Pengunjung juga harus mentaati peraturan selama berada di kompleks pemakaman, antara lain memakai pakaian yang rapi dan sopan sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Akan tetapi bagi peziarah yang memakai celana pendek (biasanya turis asing), disediakan kain sarung.
Image and video hosting by TinyPic
Tampak turis mancanegara

Peraturan selama mengunjungi makam terpampang jelas ketika akan memasuki gerbang pemakaman. Ada juga larangan foto di areal makam (di dalam Cungkup Argosari), bahkan secara lisan pun disampaikan oleh seorang petugas makam kepada kami mengenai larangan tersebut, kecuali di luar Cungkup Argosari. Kami berpikir, begitu sakralnya makam Pak Harto sekeluarga, sehingga peringatan larangan berfoto dibuat dalam bentuk tulisan dan disampaikan pula secara lisan. Ternyata tidak! Ketika selesai berziarah, masih di dalam Cungkup Argosari, kami ditawarkan foto oleh beberapa tukang foto bayaran yang sudah stand by di sekitar makam. Dengan membayar sebesar Rp20.000 kita akan mendapatkan sebuah foto ukuran 5R dicetak dengan printer digital portable, hasilnya? Cukup kurang memuaskan. Karena menggunakan perangkat apa adanya, hasilnya pun ya apa adanya. Setelah itu pengunjung boleh memotret sesukanya denga kamera pribadi. Rupanya potret-memotret sudah dikomersilkan oleh pihak-pihak tertentu di dalam kompleks Astana Giribangun.

Setelah selesai ziarah dan foto bersama, kami kembali ke kendaraan yang diparkir dekat dengan area pemakaman yang telah disediakan yaitu samping pintu masuk, khusus untuk kendaraan kecil. Akan tetapi bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan bus dapat parkir di bawah area pemakaman yang jaraknya cukup jauh dan pengunjung harus berjalan mendaki untuk sampai ke kompleks Astana Giribangun.
Image and video hosting by TinyPic
Jalan menuju Astana Giribangun dan tempat parkir bus

Bagi anda yang ingin membawa oleh-oleh, anda dapat membeli cendera mata di toko suvenir yang lokasinya berdekatan dengan area parkir dan berdampingan dengan kantor pendaftaran pengunjung.
Image and video hosting by TinyPic
Aneka macam cendera mata yang dapat dibeli di toko suvenir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar